“MUHASABAH CINTA”
Karya: Alifah Nurul Fadilah (Aldhila)
Ana sebut saja
begitu, seorang wanita
cantik,sopan,santun, dan pintar. Seorang
wanita bernama lengkap Raihana Nur
Aldhila salah satu mahasiswa semester akhir Universitas Negeri disalah
satu kota di Jawa Tengah ini sangat populer dikalangan para mahasiswa
dikampusnya, bagaimana tidak, wanita cantik berdarah Indo asli ini sangat aktif
dalam segala bidang dikampusnya, entah itu akademik maupun non akademik. Selain
itu, dia juga salah satu aktivis muslimah yang sangat gesit. Dia sangat
pemberani dan tak sedikitpun takut akan hal-hal yang mengancam jiwanya. Tetapi
diumurnya yang telah menginjak genap 21 tahun ini. Dia sedikitpun belum
memikirkan calon pendamping hidupnya sebagaimana umumnya mahasiswa seumurnanya,
jangankan pendamping hidup, menjalin hubungan dekat saja dia tak memikirkannya
sama sekali. Sampai suatu ketika ada even pertemuan aktivis muslim seluruh
indonesia yang kebetulan diselenggarakn di kampusnya ini, Ana terpilih sebagai
ketua panitia even tersebut. Ditengah-tengah kesibukannya dalam mengurus even
tersebut , ada seorang pemuda tampan yang menghampirinya.
“ Assalamualaikum.”sapa
pemuda itu. Sontak saja, Ana lagsung kaget ternganga melihat pemuda itu yang
tepat berada didepan matannya.
“Wa..waalaikumsalam,
afwan bisa Anha bantu ?” jawab Ana sedikit terbata-bata karena kaget.
“yaa, anha ingin
bertemu ketua panitia even ini. Ohya perkenalkan anha M.Arfan al-bughory panggil saja Arfan, boleh anha tau nama
anthi?” Tanya pemuda tampan itu sambil mengulurkan tangannya.
“ohya, anha Raihana Nur
Aldhila, anha ketua panitia even ini. Oh iya akhi Arfan , ada yang bisa anha
bantu ?” jawab anha , dengan menyambut tangan Arfan dibalik jilbab panjangnya.
“waah, kebetulan
sekali. Anha utusan dari Jakarta ukhti yang kemarin diutus oleh pimpinan pusat
untuk membantu ukhti dieven ini.” Jelas Arfan kepadi Ana.
“oh akhi Arfan ,
terimakasih sudah datang dieven ini.” Jawab Ana
“sama-sama ukhti.”
Jawab Arfan singkat. Arfan terlihat mengagumi Ana. Pantas saja , lelaki manapun
akan tetap terkagum-kagum dengan kecantikan dan keanggunan Ana. Begitupun
dengan Arfan sangat jelas terlihat dari raut wajah Arfan kalau dia benar-benar
jatuh cinta kepada Ana.
“Subhanallah, Allah
telah menghadirkan bidadari surgannya didepan wajahku, sungguh indah ciptaanmu ya
Allah.” Gumam Arfan didalam hati, sambil memperhatikan Ana yang sedaritadi
sibuk dengan kegiatannya.
Dibalik hijab
panjangnya itu, Ana memanglah wanita yang anggun yang dapat membuat hati pria
jatuh cinta kepadannya. Tapi, Ana sedikitpun tidak menunjukan bahwa ia tertarik
kepada Arfan, padahal dikampusnya Arfan adalah pemuda yang sangat digandrungi
para wanita, iapun berbudi baik,sopan,pintar dan juga tampan.
Beberapa jam kemudian
evenpun dimulai, Ana terlihat anggun dan menawan sehingga aura kecantikannya
terpancarkan. Sampai-sampai Arfan melamun melihat Ana. Ana yang merasa diperhatikan oleh Arfanpun
tersipu malu , akan tetapi Ana sangat takut. ia takut tak bisa menjaga hijabnya
hanya karena disenangi oleh lelaki dan ia pun takut untuk mencintai lakilaki
yang bukan makhromnya itu. Sejak ketakutannya itu, Ana memutuskan untuk
menjauhi Arfan dan jaga jarak dengan Arfan. Setelah even selesai, Ana
memutuskan untuk terburu-buru pulang tanpa berpamitan dengan Arfan.
Pada suatu ketika ada even jihad kepalestina ,
Arfan dan Ana ditugaskan kesana, bersama dengan beberapa teman seperjuangannya.
Ana tidak mengetahui bahwa even kepalestina ini mrngikutsertakan Arfan.
Sesampaiya Ana di bandara Soekarno-hatta, Ana dengan balutan gamis berwarna
biru dengan jilbab panjang bewarna darkblue membuat dia sangat anggun dan
menawan. Sedang duduk dilobby bandara dengan memegang al-quran kecil
ditangannya,tiba-tiba kaget dengan kedatangan Arfan yang menggunakan jacket dan
celana panjang dengan ransel dipunggungnya yang sedang berdiri didepannya.
“assalamualaikum, ukhti
Ana..!” sapa Arfan.
“waalaikumsalam..”jawab
Ana dengan kaget, “maaf akhi, anha mau ngobrol dengan Raisya, permisi” sambung
Ana. Arfan bingung sampai tak bisa berkata apa apa lagi, melihat sifat Ana yang
seperti itu kepada Arfan. Keadaan seperti ini terus dialami oleh Arfan, Ana
selalu bersikap dingin terhadap Arfan.
Setibanya mereka di Palestina
Ana langsung bergegas ketempat tinggal sementaranya bersama Raisya dan Harnum. Ketika
adzan berkumandang Ana bersama dua kawannya Raisya dan Harnum melangkahkan kaki
kemasjid asal suara tadi.
“subhanallah yaa suara
adzan pemuda ini sangat indah sekali, siapakah dia ?” Tanya Harnum. “kau belum
tau Harnum, dia adalah pemuda tampan asal Indonesia, dia akhi Arfan.” Jawab
Raisya. Ana hanya bisa diam mendengar kedua temannya membicarakan Arfan, tetapi
didalam hati Anapun ia berkata “memang indah suara adzan ini.”gumamnya.
setibanya mereka disurau dan melaksankan sholat dzuhur berjamaah.
Setelah selesai sholat dzuhur Ana terlihat
sangat buru-buru meninggalkan surau karena ia tak ingin bertemu Arfan, tetapi
dijalan ia bertemu dengan Arfan yang juga buru-buru meninggalkan surau. “ukhti,
tunggu anha ingin berbicara kepadamu, mengapa ukhti terlihat menghindari anha ,
apakah anha punya salah sama annhti?” “maaf akhi, anha terburu-buru harus
pulang” jawab Ana menghindar. “tidak ukhti,anha ingin penjelasan dari ukhti.!”
“maaf, anha sudah ditunggu Raisya dan Harnum dirumah akhi.”Ana berjalan dengan
cepat menghindari Arfan. Arfan dengan perasaan bingungpun tidak dapat menahan
Ana yang berjalan pergi meniinggalkannya, karena bagaimanapun Ana juga memiliki
privasi yang tidak dapat diganggu.
Dua tahun sudah Ana dan Arfan beserta rombongan
jihad di Palestina, dua tahun juga sifat Ana yang dingin dan selalu menghindari
Arfan.
Hari ini adala hari
terakhir mereka dipalestina, Ana belum juga mau bertemu dengan Arfan, tetapi
Arfan tak menyerah begitu saja sebelum mendapat kepastian dari Ana.
Setelah pesawat mereka
tiba di Indonesia. Ana masih istiqomah dengan sifatnya kepada Arfan , Arfanpun
masih setia menunggu Ana.
Sepulangnya Ana dari
palestina, Ana melaksanakan wisuda S1 nya sebagai sarjana hukum Islam dengan IP
tertinggi yaitu 3,8 , sunggu bangga Ana dan juga orang tuannya.. begitupun
dengan Arfan yang menggandeng gelar sarjana sastra Arab dengan IP 3,0 walau
dibawah Ana, tetapi Arfan sangat bijaksana dan intelektual.
Beberapa hari setelah wisuda Ana dikagetkan
dengan Arfan yang membawa kedua orang tuannya datang kerumah Ana bertemu dengan
kedua orang tua Ana dan melamar Ana. Ana menerima lamaran Arfan karena
sebenarnya Ana juga mencintai Arfan, Anapun bercerita dengan jujur alasan
mengapa ia menjauhi Arfan. Arfanpun bahagia karena lamarannya diterima, dan
bangga degan keistiqomahan Ana menjaga martabatnya sebagai seorang
muslimah.menjaga hijabnya dan sudah memang seharusnya seorang wanita muslimah
menjaga harga diri dan martabtnya, serta istiqomah dalam agamanya.
Akhirnya tepat tanggal
29 september 2014 Ana dan Arfan menikah dipondok pesantren milik ayah Ana dan
menjadi keluarga yang Samawa (sakinah mawahda warahma).